Puisi Cinta Terbaikku: Sesal Yang Terakhir

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

10 Kata Mutiara Inspirasi Motivasi Terbaik

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Cerpen Kisah Sedih dan Inspiratif: MAWAR UNTUK IBU

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Puisi Romantis Karya anak SD Kelas VI: Andai Janji Tak Pernah Dusta

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kisah Inspiratif dari Filipina: Kisah Seorang Anak di Hari NATAL

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, November 10, 2013

Inspirasi Renungan: Andalkanlah Tuhan Dalam Segala Perbuatanmu

Inspirasi Renungan: Andalkanlah Tuhan Dalam Segala Perbuatanmu | Cerita ini pernah saya dengar dari seorang pastor yang dulu menjadi pastor paroki di tempat saya. Saya baru-baru ini teringat kembali dan ingin membaginya dengan anda semua. 

Ceritanya tentang seorang anak umur 12 tahun dan ayahnya. Anak ini sungguh perkasa, bisa dibilang seperti itu. Ia cukup baik melatih fisiknya dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti bela diri dan olahraga. Ia bahkan cukup kuat untuk anak seusianya.

Nah, suatu ketika, di dalam rumahnya, ia sedang membersihkan rumah bersama dengan ayahnya. Ia kemudian mulai memindahkan barang-barang yang ringan seperti kipas angin, meja, kursi dan perabotan lainnya. Sembari mengangkat, ia selalu berkata, "lihat ayah, betapa kuatnya aku." katanya dengan bangga. Ayahnya pun mengangguk tanda setuju.

Akhirnya hampir semua barang sudah diangkut dan dibersihkan. Lalu, tibalah ia pada sebuah lemari yang terbuat dari pohon ek. Lemari itu tidak terlalu besar, bahkan bisa dibilang hanya seukuran meja belajar. Ia mencoba mengangkat lemari itu, namun tidak bergeming sama sekali. Lalu ia merubah posisi dan mencoba menggesernya, dan lagi-lagi tak bergerak sama sekali. Ayahnya melihatnya dengan serius dan terus menatapnya.

Anak itu terus mencoba dan mencoba, namun lagi-lagi tak bergeming sama sekali. Ia sudah mulai putus asa. Ia terus mencobanya hingga peluh memenuhi bajunya. Dan lagi-lagi, lemari itu tak bergeming sama sekali. Ia pun terduduk dan berkesah, mengapa ia tak mampu mengangkatnya. Padahal beberapa benda sebelumnya sangat mudah ia angkat.

Dengan pandangan iba, ayahnya pun mendatanginya dan berkata "nak, ada waktunya ketika kamu mampu melakukan segala sesuatunya sendiri dengan kemampuanmu sendiri. Namun, ada kalanya ketika kamu tidak sanggup untuk menghadapi sesuatu dan membutuhkan orang lain untuk membantumu. Sedari tadi ayah memperhatikanmu, dan tidak sekalipun engkau meminta ayah untuk membantumu. Padahal, tenaga ayah cukup mampu untuk mengangkat lemari itu sendiri, apalagi berdua denganmu." kata ayahnya sembari mengusap wajah anaknya yang mulai berkaca-kaca, sedih dan tampak keletihan. Anaknya pun akhirnya menyadari, bahwa selama ini, ia selalu mengandalkan dirinya sendiri dan tidak mengharapkan bantuan dari siapapun. 

Padahal, dalam dunia ini, kita sangat membutuhkan orang lain untuk membantu kita mengangkat lemari yang berat itu, beban yang berat itu. Namun kita terkadang justru cukup puas dengan kemampuan diri sendiri. Padahal, ada Bapa kita di Surga. Ia mau dan tentu saja mampu untuk mengulurkan tangan-Nya untuk membantu dan menolong kita dalam segala keterbatasan kita. 

Dan Tuhan itu datang bukan dalam bentuk malaikat atau orang yang jauh, tapi Ia datang dalam bentuk orang terdekat kita, orang yang ada di sekitar kita. 

Maka janganlah takut atau gelisah, ketika kita tak sanggup lagi memanggul beban kita, maka datanglah kepada Tuhan, Dialah yang mampu untuk menanggung dan membebaskan kita dari segala pergumulan hidup dan kesusahan kita. Tetaplah berpegang teguh, dan yakinlah, Tuhan akan senantiasa mengulurkan tanganNya yang Kudus kepada siapa saja yang berseru kepadaNya. (Jufry Malino)

Renungan - Lebih Baik Menghibur daripada Dihibur

Renungan - Lebih Baik Menghibur daripada Dihibur | Sobat yang terkasih di dalam Tuhan, mengawali renungan pada hari ini, mari kita mulai dengan sebuah kisah inspiratif sederhana tentang seorang ibu dan kesedihannya yang tiada tara.

Ada seorang ibu, sebut saja namanya adalah bu Ana. Hari-harinya dipenuhi dengan pelayanan dan derma kepada orang-orang yang membutuhkan. Ia berasal dari keluarga yang kaya, suami yang baik, dan anak-anak yang ceria dan pandai. Lebih daripada itu, mereka semua mencintai Tuhan dalam setiap perkara kehidupannya. 

Ibu Ana sangat rajin mengikuti ibadah-ibadah ataupun segala bentuk pekerjaan sosial. Hal itu terus ia lakukan, sampai suatu hari, sebuah peristiwa yang tak disangkanya menghampirinya. Dalam waktu yang bersamaan, suaminya dan anak-anaknya yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, mengalami kecelakaan. Mereka semua meninggal dalam kecelakaan tragis itu.

Dan kecelakaan itu pun mengubah bu Ana. Hari-harinya ia ratapi. Ia selalu dirundung kesedihan. Dunia bak direnggut seutuhnya darinya. Dalam doanya, ia meratap kepada Tuhan mengapa Tuhan tega membiarkan hal itu terjadi bagi pihaknya. Bahkan, dalam permenungannya, ia bertanya-tanya, apakah Tuhan itu ada. Kalau memang ada, mengapa ia yang membaktikan diri dan keluarganya malah harus merasakan musibah seperti ini. Ia selalu dilanda kesedihan, kesedihan yang berlarut-larut. Hingga berbulan-bulan.

credit to: katolisitas.org
Bahkan, ketika ia diajak oleh rekan-rekan sepelayanan untuk kembali melayani, ia berkata kepada mereka "Teganya kalian, tak tahukah kalian kalau aku masih dirundung kesedihan, hatiku masih berduka? Bagaimana aku mau menghibur, aku sendiri butuh hiburan" katanya ketika tetangganya mengajaknya untuk menghibur sebuah keluarga yang juga baru saja kehilangan anak sulungnya.  

Namun, sembari menguatkan hati, ia pun mencoba bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti rekan sepelayanannya itu. 

Sesampai di tempat duka, suasana yang terjadi tak begitu berbeda saat seperti suasana yang dialami bu Ana paskah meninggalnya suami dan anak-anaknya tercinta. Lalu, ia melihat sang ibu dari anak yang meninggal, perasaannya kembali tergugah, merasakan kembali apa yang pernah ia alami. Lalu, ia menguatkan hati, ia menghampiri ibu itu, memeluknya, lalu ia menatapnya erat, mengannggukkan kepala, lalu iapun menangis bersama ibu tersebut.

Ibu Ana pun merasakan kepenuhan, kepenuhan dari kekosongan yang ia alami selama ini. Ia merasakan seperti Tuhan datang sendiri memeluknya dan berkata, "Mari kepadaKu, semua yang letih lesuh dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadaMu. Dan ingatlah kuk yang kupasang itu enak dan bebanku pun ringan".

Seketika itu juga, ibu Ana pun menyadari arti dari kehilangan. Ia menyadari bahwa memberi dari kekurangan seperti yang dilakukan si janda miskin memang lebih besar upahnya di Surga. Dan bahwa lebih baik untuk menghibur dari pada dihibur. Justru dalam kehilangannya dan kesedihannya dan kekurangannya, justru ibu Ana mampu memberikan yang terbaik lebih dari siapapun dan apapun di dunia ini. Dengan mengalami, ia mampu memberikan lebih dari yang dibutuhkan, bukan dari ukuran materi, tetapi dari ukuran kasih sayang yang Tuhan tunjukkan dalam kepenuhan iman, pengorbanan dan harapan.

 Nah, semoga apa yang dialami oleh bu Ana mampu membangkitkan semangat cinta kasih kita, dan untuk bangkit dari segala keterpurukan kehidupan dunia yang ingin menyesatkan kita. Mari, pandanglah dan datanglah kepada Tuhan, sebab kuk yang ia pasang di pundak kita rasanya enak dan bebannya pun ringan. (Jufry Malino)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...