Tuesday, April 12, 2011
Puisi : Telaga Surga | sad Poetry
Langit kini menjadi gelap seketika
Tampak cumulus bergelayupan di birunya langit
Ikan-ikan kecil menari riang di riak-riak air
Menanti tumpahnya air mata surga
Dan tampak pula lambaian green leaves yang mengelilingi telaga
Terseok kesana kemari diterpa hembusan lembut angin
Yang perlahan namun pasti
Meningkatkan volumenya semakin lama semakin riuh dan cepat
Menambah rasa dinginnya suasana sore di tepi telaga hidup
Serta ratusan gema suara merdu dan sayup-sayup dari burung-burung surga
Terbang kian tak tentu arah
Mendesiskan kepak sayap mereka yang mungil nan cantik.
Sementara disini, di tepian jembatan telaga ini,
Tertatih namun pasti,
Berjalan dengan segan, berjinjit diiringi derikan pekikan dian jembatan
Yang mengerahkan segala kekuatannya yang telah rapuh dimakan usia
Menahan beban berat badanku yang lemah ini
Sembari acuh tak acuh dengan tindak tandukku
Yang membentangkan pandangan tak berpengharapan
Kelam,
Pekat,
Sunyi,
Dan tak berasa sama sekali.
Ke dua bibirku menyatu tak terelakkan,
Berkomat kamit mengucapkan kata-kata semu
Yang bagiku adalah doa terakhir dari hatiku
Yang telah dibunuh oleh kejamnya sang pangeran waktu
Membunuh segala asah dan citaku yang setinggi cumulus disana,
Sembari kudekap erat, sebuah arca mungilku yang telah pudar
Dengan tangan berpeluh
Kubulatkan tekadku
Dan kuceburkan diriku
Jauh …
Jauh …
Jauh ke kedalaman telaga itu
Sejenak masih kurasakan dinginnya air yang menyelimuti aku
Namun kini tak ada rasa sama sekali
Lifeless . . .
Tak kurasakan apapun lagi
Sunyi,… senyap,… dan ………………………………………………………… gelap!
Subscribe to:
Posts (Atom)